Archlinux Adalah Distro Linux Rolling Release Pertama Saya

archlinux Nov 04, 2019

Lama sekali saya tidak membahas masalah linux, awal perkenalan saya dengan linux adalah pada tahun 2010, yaitu ubuntu 10.04 dengan code name LUCID, pada versi ubuntu inilah saya mulai tertarik dengan linux, awalnya dual boot, kemudian single boot hanya ubuntu. setahun kemudian saya beralih ke linux debian, backtrack, kali, mint dan berbagai distro linux lainnya, sampai akhirnya saya mendengar archlinux.

Kenapa Archlinux?

Hal pertama yang membuat saya tertarik adalah Archlinux bersifat Rolling Release, dibandingkan dengan distro linux lainnya yang saya coba berbasis Point Release. hal berikutnya Archlinux dibuat from scratch, tanpa distro turunan dari manapun sehingga performa terkenal handal. installasi via CLI, wiki archlinux juga sangat detail dan lengkap, bahkan saat saya masih menggunakan debian pun secara tidak sadar saya sering membaca tutorial dari wiki archlinux. dan yang paling mantab adalah adanya AUR (Archlinux User Repository) selain official repository dari Archlinux itu sendiri, oke kita bahas satu persatu.

Bersifat Rolling Release

Seperti judul yang saya buat, Archlinux adalah distro pertama saya yang bersifat rolling release, kenapa saya memilih ini? bagi linuxer yang sudah lama menggunakan linux sebagai sistem operasi utama, tentu pernah mengalami versi linux yang sudah tidak disupport lagi, mau tidak mau harus upgrade, distro seperti ubuntu melakukan update versi setiap 6 bulan sekali, dan tidak sedikit gagal pada proses upgrade. saya sendiri kadang lebih suka bertahan pada versi yang sudah stabil menurut saya.

Sifat Rolling Release berarti tidak ada versi tertentu, setiap update software, secara tidak langsung juga update distro itu sendiri. hal inilah yang saya suka dari archlinux, namun tentu ada kekurangannya juga, jika jarang update, setiap update sistem bisa lebih dari 2GB. Karena sifatnya yang selalu update, maka pembaca akan dapat selalu menikmati software perangkat lunak terbaru yang stabil, disebut Bleeding Edge.

Dibuat From Scratch

Archlinux dibuat dari 2002, sampai saat ini diurutan 10 - 13 versi distrowatch, banyak distro baru turunan dari archlinux, salah satunya manjaro yang bahkan posisinya saat ini adalah distro terbaik pertama versi distrowatch, archlinux memang tidak pada posisi pertama, namun saya merasa nyaman dengan archlinux, performa archlinux juga sangat baik, setiap package yang saya install baik dari official repository maupun AUR selalu berjalan dengan lancar. jika ada trouble juga sangat banyak tutorial yang bisa kita temui tentang archlinux.

Installasi Via CLI

Disaat distro lain memudahkan installasi dengan GUI (Graphical User Interface) dan dengan package bawaan utuk berbagai kebutuhan, archlinux hadir dengan installasi via CLI dan package base saja, selebihnya kita sendiri yang menentukan mau diapakan archlinux tersebut. namun bagi sebagian pengguna linux yang sudah lama, installasi ini tidak begitu menjadi masalah berarti. hal ini menjadi Seleksi Alam bagi calon pengguna archlinux baru, dan menjadikan archlinux hanya digunakan oleh orang-orang yang sudah mulai mengerti linux, tidak disarankan bagi pengguna baru, akan menyebabkan sakit kepala dan mules :D.

Wiki Lengkap

Wiki archlinux sangat lengkap, bahkan ada versi Bahasa Indonesianya. hanya menggunakan wiki dari archlinux saja dijamin dapat mengoperasikan archlinux dengan baik, ditambah juga dengan forum komunitas yang sangat aktif dan uptodate.

AUR (Archlinux User Repository)

Kesan pertama saya mencoba AUR adalah Kereen!!. jika package atau software yang kita butuhkan belum ada pada official repository, maka biasanya akan ada pada AUR, mirip seperti PPA (Personal Package Archives) pada Ubuntu, berbeda dengan PPA Ubuntu yang mengharuskan pembaca menambahkan dulu pada daftar repo-nya, AUR cukup mengetikkan perintah "yay -S nama-paket".

Sampai tulisan ini ditulis, saya sudah hampir 3 tahun menggunakan archlinux untuk kebutuhan sehari-hari saya, dan menjadi distro utama dilaptop yang saya gunakan. untuk saat ini saya belum tertarik pindah distro.

M. Najamudin Ridha

Penikmat coffe latte ICE, apalagi tanpa gula. Menyukai teknologi open source, terutama yang berbasis web dan mobile, senang mencoba hal - hal seperti linux, DevOps, database dan programming